kisah kain kafan

Hari ini ada ribuan gulung kain, diperjual-belikan di pasar-pasar di kota ini,


Hari ini ada sedemikian banyak kain putih, yang sedang dibeli, diukur dan dipotong,


Hari ini ada sedemikian banyak kain putih yang siap digunakan sebagai kain kafan,


Hari ini ada sedemikian banyak kain kafan yang seolah bertanya untuk siapa ia akan dibeli.

Esok hari, siapa gerangan pembeli berikutnya,


Bisa jadi kain putih itu akan dibeli orang yang tidak kita kenal,
Bisa jadi kain putih itu kita sendiri yang membelinya untuk tetangga atau keluarga terdekat kita,
Bisa jadi seseorang sedang membelikannya untuk jenazah kita yang sedang menunggu dikubur,


Engkau boleh saja tertawa, tapi bisa jadi kain kafanmu ada di truk pengirim barang yang sedang diparkir di pinggir toko kain itu,


Engkau boleh saja berencana, tapi bisa jadi kain kafanmu sedang dipesan si pemilik toko,


Engkau boleh saja tidur nyenyak, tapi bisa jadi seorang penenun sedang memintal kain kafanmu.


Engkau boleh saja menikmati keindahan alam pertanian, tapi boleh jadi seorang petani sedang memanen kapas bahan kain kafanmu.


Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir,
Kita juga tidak tahu kain kafan mana yang akan menemani kita di kuburan,


Tapi yang jelas kain itu ada di suatu tempat,


Kain putih itu sendiri tidak pernah tahu kepada siapa ia akan digunakan,
Seandainya ia bisa berbicara, tentu ia akan meminta agar digunakan pada orang soleh yang selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan berikutnya.....

Sunan Kalijaga

Inilah sebuah kisah yang bisa dijadikan tauladan. Kisah seorang pengembara yang berjalan di jalan Allah. Dia aulia yang seniman. Dia bangsawan yang jadi penjahat demi rakyat. Dia manusia arif budiman berkat gemblengan Sunan Bonang. Ya, dia adalah Raden Sahid yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Dalam jejak langkah para wali, Sunan Kalijaga dianggap sebagai wali sempurna. Wali paling sukses. Sarat ilmu karena berguru di banyak guru. Wali kreatif via tembang dan wayang. Dan digandrungi jamaah karena sikapnya yang bersahaja tetapi penuh kharisma.

Sunan Bonang guru utama Sunan Kalijaga. Sunan ini yang menyadarkannya akan spiritualitas yang benar. Setelah itu Sunan Gunungjati dan wali-wali lain digali. Dan secara mistis konon Nabi Khidzir juga ikut menyemaikan batin lelaki yang jasadnya dimakamkan di Kadilangu ini.

Ketika melanglang ke Malaka, Syamsi Tabriz disebut-sebut menularkan ajaran padanya. Nama terakhir ini mengingatkan kita pada Jalaluddin Rumi. Penyair cinta itu seperti tersihir ketika Syamsi Tabriz menginterupsi ceramahnya. Rumi terkagum-kagum enggan berpisah. Itu terjadi hingga Syamsi Tabriz mati terbunuh.

Melihat tahun yang terjadi, rasa-rasanya Sunan Kalijaga tidak berguru secara langsung pada Syamsi Tabriz. Hanya jika mengamati dakwah Sunan Kalijaga yang amat berbeda, memberi petunjuk bahwa 'gaya' Syamsi Tabriz sang darwis itu amatlah menyatu. Sunan Kalijaga terus melakukan pengembaraan. Enggan berbusana formal layaknya ustad. Tidak berharap popularitas dengan mengabarkan namanya kesana kemari. Dia bersahaja melangkah dan mensyiarkan agama Allah.

Dia tolak uang bagi jasanya. Dia ikuti sufi yang menjunjung tinggi 'kefakiran' sebagai 'jalan lapang' menuju kebersihan jiwa. Tuntutannya hanya satu, bersyair dan mendalang untuk ditukar syahadat. Syahadatayn, dua kalimah shahadat. Itu pamrihnya, pahala, ridho Allah.

Maka, di setiap daerah, malam-malam yang lengang selalu digempitakan suara dan ketangkasan tangan lelaki yang pernah dikenal berangasan sebagai begal Lokajaya ini. Kalimatnya indah berisi kata-kata pilihan. Suaranya memperhatikan diksi,intonansi dan aksentuasi. Dan wajahnya yang ekspresif, memberi tempat istimewa bagi setiap penampilannya.

Gambaran macam itu bisa dilacak melalui Serat Walisana, dan beberapa karya Sunan Kalijaga. Dewaruci dan Serat Kalimasada adalah sebagian karya Kalijaga. Cerita itu sarat dengan pentokohan yang diambil dari India. Namun dalam pengkisahannya, terkandung dakwah yang kental. Kebenaran universal itu begitu liris dan mengena karena dibungkus rapi dan indah.

Mungkin karena itu, di Mataram-Lombok, kendati banyak saudara kita yang beragama Hindu, tapi sampai sekarang mereka masih sangat menyukai Kisah Menak yang menjadi roh cerita wayang setempat. Memang Islamisasi di kawasan ini dilakukan Sunan Giri Prapen. Namun akulturasi budaya kemasan Sunan Kalijaga itu tetap bisa diterima dimana saja. Itu karena dilakukan secara pseudo dan harmonis. Bukan asal-asalan.

Di Jawa Barat (Pajajaran) pengabar agama Allah ini dikenali sebagai Ki Seda Brangti. Bagi warga yang kala itu belum Islam, penampilan lelaki ini sangat dinanti. Bukan kabar soal kebenaran yang dibawa yang masih dianggap asing, tetapi lebih pada suara dan gerakan tangannya. Gerakan itu penuh gairah. Vitalitas. Membangkitkan semangat dan memberikan suntikan untuk berlomba-lomba menuju kebaikan.

Di daerah Jawa tengah, khususnya Tegal, lelaki yang sama ini dijuluki Ki Benguk. Dia dalang. Wayang banongan yang dibawanya mempesona banyak orang. Wayang itu seperti hidup. Gerakannya yang ekspresif dan mistis memotivasi penanggap dan penonton. Ini pangkal percepatan warga Jawa Tengah mengakrabi Islam.

Apalagi di Semarang, Adipati Pandanarang yang segalanya diukur dengan harta harus tunduk dengan Sunan Kalijaga. Sang sunan dengan bahasa lembut bercerita tentang jalan hidupnya. Dia tak bergairah lagi dengan tahta dan harta. Dan untuk pagelaran yang diminta sang pangeran, Sunan Kalijaga dengan santun berkata. "Yen pareng kulo nyenyuwun ungeling bedug Semarang," katanya seperti tertera dalam Serat Walisana. Dia hanya berharap 'suara bedug' di Semarang. Suara orang mengucap syahadat bergema di Semarang.

Dan di kawasan Jawa Timur (sekarang), lelaki ini terkenal sebagai Kuncara Purba. Namanya menjadi jaminan bagi berkumpulnya banyak jamaah. 'Sabetan' wayang yang dibawakan Sunan Kalijaga telah mendarah-daging. Dan lantunan kata yang tersaji melalui suluk telah berubah menjadi 'mantra'. Itu yang menampilkan wilayah Pantai Utara (Pantura) sebagai basis Islam hingga hari ini.

Kisah hidup Sunan Kalijaga itu memberi arah bagi kita. Berdakwah tidaklah susah jika pamrihnya untuk mencari pahala Allah. Membentuk diri sendiri menjadi baik adalah kuncinya. Mempraktekkan kebaikan merupakan kewajiban. Dan membantu orang lain yang membutuhkan adalah keharusan. Jika itu dilakukan tiap pribadi, rasanya, dunia dan akherat akan sama nikmatnya. Sama-sama menjadi firdaus.

Penulis: Djoko Su'ud Sukahar, pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.

Jangan bilang terserah Allah

Seandainya Rasulullah berkata, “Terserah....…” ketika Malaikat menawarkan diri untuk membalikkan gunung untuk ditimpakan kepada masyarakat Thaif yang telah menolak, menghina dan mendzalimi Rasulullah dan para sahabatnya, mungkin tidak ada orang beriman dari kota Thaif, dan cerita selanjutnya pun akan berbeda.

Kalau Muhammad Rasulullah Saw kecewa dan marah, dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dan malaikat-Nya untuk memberikan ganjaran yang setimpal –atau seberat-beratnya- kepada para penduduk yang membenci dan mencederainya, maka sejarah tentang keteladanan Muhammad tidak akan terukir indah.

Sebab segala apa yang dilakukan Rasulullah, sejak dari kecil hingga besar, mulai dari diamnya, kata-katanya, duduk, berdiri dan jalannya, serta gerak-gerik sekecil apapun adalah kisah-kisah indah yang tak terpisahkan.

Misalkan masyarakat Thaif benar-benar musnah setelah ditimbun gunung atas seizin Rasulullah, dan masyarakat di kota-kota lainnya melihat apa yang terjadi di Thaif itu, mungkin mereka yang sebelumnya terpesona dengan ajaran Islam akan mundur dan lari dari Islam. Yang semula memuji akhlak Muhammad, akan mencibir dan tak lagi mau menjadi pengikutnya, menyelami dan mengamalkan ajarannya.

Muhammad memang manusia pilihan, dan pilihan Allah tidak pernah salah. Ketika Thaif menghujaninya dengan batu hingga ia terluka, bahkan malaikat yang konon tak memiliki perasaan pun bisa marah hingga menawari Muhammad untuk membalikkan sebuah gunung ke masyarakat Thaif, Muhammad menolaknya, “Mereka hanya belum tahu....…” ini jawaban dari lidah yang senantiasa terperlihara indah itu.

Nabi Allah yang terkenal karena kemuliaan hati dan akhlaknya itu tak sedikitpun marah, apalagi menaruh dendam atas penolakan dan penghinaan yang diterimanya.
Padahal, kalau ia mau, orang yang meludahinya bisa saja tiba-tiba tidak bisa bicara, atau putus lidahnya.
Kemudian orang yang menghina mulutnya penuh borok yang tak kan pernah sembuh seumur hidup.
Batu yang diarahkan ke dirinya berbalik mengenai yang si pelempar, yang menendang kakinya lumpuh, bahkan sekadar memeloti saja bisa buta.

Muhammad bisa bilang, “Ya Allah, dia mengejek saya, cabut nyawanya sekarang” maka matilah orang itu.
Bisa juga Muhammad berdoa, “Ya Allah, siapapun yang menolak saya, putuskan rezekinya”, atau doa, “Orang ini tak menerima ajaran Islam, bahkan menghasut orang lain untuk menolaknya, buatlah ia miskin ya Allah”.
Atau setidaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, “Terserah Engkau ya Allah akan ditimpakan musibah jenis apa mereka yang telah menghina agama-Mu…”

Tapi fasilitas itu tidak diminta oleh Muhammad, karena ia tahu masyarakat akan semakin menolak dan membencinya.

Dakwah Rasulullah justru berhasil dengan kemuliaan akhlak dan tutur kata. Keindahan perilaku Muhammad berbuah manis dengan diterimanya Islam di kemudian hari.

Bedanya dengan kita, diejek teman tidak cukup balas mengejek, ditambah memukul plus sebaris sumpah, “Saya sumpahin mulutmu sobek…”.

Ada teman yang mengambil makanan di meja tanpa izin, si pemilik berucap, “Yang makan makanan saya perutnya buncit seumur hidup”.

Pernah juga kita mendengar, “Saya sumpahin tertabrak kereta itu orang,” dari mulut orang yang baru saja kecopetan.

Ketika didzalimi, kemudian kita menangis dan meminta bantuan Allah, “Ya Allah, hukumlah seberat-beratnya orang ini…”.

Cerita lain, “dia sudah menyakiti saya selama bertahun-tahun, kebahagiaan saya adalah kalau melihat dia sengsara seumur hidup…”

Maka tak heran banyak fenomena yang menjadi pelajaran berharga bagi kita, ada orang yang selama berhari-hari sebelum meninggal berteriak kepanasan lantaran mencaplok hak orang lain secara semena-mena, dan baru meninggal kemudian setelah orang bersangkutan datang dan memaafkannya.

Ada anak terlahir tidak bisa bicara karena ibunya pernah menghina saudaranya, dan saudaranya pernah berucap, “Saya tidak ikhlas dihina, saya doain semua keturunan kamu nggak bisa ngomong…” dan masih banyak kejadian lainnya.

Doa orang yang didzalimi tidak ada batas, bisa langsung terijabah.
Hati-hati dengan doa yang diucapkan ketika kita marah dalam keadaan terdzalimi, perselisihan yang semestinya bisa diselesaikan dalam waktu beberapa hari, bisa berkepanjangan akibat sumpah dan doa buruk dari kita.

Rasulullah mencontohkan dua hal; maafkan dan doakan untuk kebaikannya. Tidak perlu merasa rugi mendoakan kebaikan untuknya, Insya Allah kita mendapatkan lebih banyak kebaikan dari yang ia terima.

Semoga kita bisa meneladani beliau.

Ceria & Pemurung

Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang, selalu gembira, dan selalu tersenyum. Sebaliknya Murung mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum. Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum gembira dan membuat Si Ceria menjadi cemberut dan sedih.

Nah orang tua mereka mulai memikiran apa yang menjadi kesenangan mereka !!!

Si Cemberut yang menginjak masa ABG sedang terkena demam HP, jika pergi dengan teman-temannya sering kali ia meminjam HP milik temannya untuk menelpon. Kemudian orang tuanya membelikan dia HP supaya dia menjadi senang dan gembira.

Sewaktu cemberut pergi sekolah HP itu dibungkus oleh orang tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya. Sewaktu Cemberut pulang ia segera masuk ke kamarnya, dan ia melihat ada kado di kasurnya. Dengan sigap ia cepat-cepat membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika di dalamnya berisi HP. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama. Kemudian ia murung lagi karena ia berpikiran kalau-kalau HP ini ia bawa pasti teman-temannya akan banyak yang pinjam, terus kalo rusak biayanya pasti mahal. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado HP itu menjadi beban baginya. Dan yang keluar dari mulutnya adalah omelan-omelan dan umpatan,
bukannya terima kasih kepada orang tuanya.

Si Ceria yang senang dengan kuda, diberi oleh orang tuanya telepong kuda (kotoran kuda) dengan harapan ia menjadi cemberut dan sedih.

Telepong (kotoran kuda) yang dibungkus dengan menarik itu juga diletakkan di kamarnya. Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut ada kado di kamarnya. Dengan sigap ia membuka pula kado itu. Ketika dibuka bau busuk keluar dari kado itu, dan alangkah terkejutnya bahwa kado itu berisi kotoran kuda. Mukanya menjadi kebingungan sebentar. Dia berpikir, "Masa sih orang tuaku yang begitu mencintai aku memberi aku kotoran kuda, wah pasti ada sesuatu di balik hadiah ini!!!"
Setelah berpikir sebentar kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran kuda kok senang sih ?".Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya, dan sekarang mana kudanya ???". Kemudian orang tuanya berkata, "Lho kami hanya memberi itu kepada kamu". Ceria menyahut, "Tidak mungkin saya yakin pasti ada kudanya." Akhirnya orang tuanya mengalah, dan membelikan dia kuda pony.

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai Tuhan akan selalu berpikir bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dia sedang dalam penderitaan. Sehingga orang yang hidup dalam cinta kasih Tuhan akan selalu gembira dan ceria di dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang tidak merasa dikasihi oleh Tuhan, akan merasa bahwa hidup ini menjadi beban penderitaan yang sangat panjang. Sehingga di dalam hidupnya akan gelisah, takut dan
khawatir.




Apa dan bagaimana Bersyukur ?

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya, "Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?" Si sopir menjawab, "Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?".Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak
selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan".

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa
kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur :

1. Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.

Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki kita tak pernah
menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya.


Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya". Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan
syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.


Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.


Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi." Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak.

Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria karena masih bisa mempergunakan tangannya. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai mengucap syukur.

2. Adanya kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai,
lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu." Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu." Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."...

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung dilaut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan
berjumpa dengan anak pertama saya di surga."

Kisah tukang sepatu

Suatu hari pada musim haji, Abdullah bin Mubarak yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan seorang malaikat yang memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak terbangun. Betapa penasarannya beliau dengan mimpi itu dan betapa penasarannya beliau dengan tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam mimpinya itu. Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu itu sehingga menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah?

Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu dan dimana tempatnya. Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang sepatu dan meminta cerita apa amalan yang dilakukannya sehingga mengantarkan diterimanya ibadah haji seluurh umat Islam tahun itu? Lalu tukang sepatu itu pun menceritakan ihwalnya, bahwa dia bersama isterinya selama 30
tahun berencana untuk naik haji. Selama itu tiap hari, minggu dan bulan dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji dari jasa membuat dan memperbaiki sepatu.
Tahun ini tabungan hajinya bersama isteri sudah cukup dan dia berencana untuk naik haji. Namun apa yang terjadi?

Suatu hari isterinya mencium bau harum masakan dari tetangganya. Karena penasaran dengan harum masakan itu isteri tukang sepatu itu memberanikan diri menghampiri tetangga dengan maksud ingin meminta sedikit masakan sekedar ignin mencicipinya . "Wahai tetangga yang baik, hari ini saya mencium harumnya masakanmu, bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta isteri tukang sepatu itu kepada tetangganya. "Tuan puteri yang baik, masakan ini tidak halal bagimu", jawab tetangga. "Mengapa tidak halal?" tanya isteri tukang sepatu itu dengan penasaran. "Daging yang kami masak adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami
tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah banting tulang mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak menemukannya. Akhirnya hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar anak-anak dan keluarga kami tidak semakin menderita"

Mendengar cerita itu, isteri tukang sepatu itu sepontan pulang dan menceritakannya kepada suaminya. Si tukang sepatu tanpa banyak bicara segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30 tahun dan dibawanya ke rumah tetangga. "Wahai tetangga yang baik, ambillah semua uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, ini lah haji kami",
kata tukang sepatu itu.

Perbuatan mulia tukang sepatu itulah yang dijadikan Allah sebagai penyebab diterimanya amalan ibadah haji seluruh jamaah haji tahun itu.

Lebih baik DIAM, saat marah

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya; "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab; "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar. Menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata; "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan; "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta?

Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas.
Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami
apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan; "Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak.

Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu.

Mungkin di saat seperti itu, TAK mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang BIJAKSANA. Karena waktu akan membantu anda."

Tabahlah

“dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang2 yg bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (al-An’am :32).

Allah SWT menciptakan manusia untuk menjalani ujian demi ujian. Tidak ada masa yg berlalu melainkan ujian selalu menyertainya. Susah, sedih, tawa, gembira serta tangis silih berganti mewarnai hidup kita. Tanpa terasa, usiapun terus bertambah. Semua manusia hidup dalam hitungan mundur menuju akhiratnya. Sebesar apapun ujianmu saat ini, ketahuilah Allah maha Adil dan Pengasih kepada hamba-Nya.

Dia Maha Mengetahui seberapa banyak air mata yg telah kau alirkan, seberapa banyak kata telah kau rangkai dalam doa, seberapa gigih usaha yg telah kau lakukan, juga seberapa banyak energi, waktu, harta dan jiwa telah kau korbankan untuk meraih apa yg kau inginkan. Namun, terkadang kita melihat beragam peristiwa hanya dari saat terjadinya, kadang kita tidak menyadari hikmah dan manfaat jangka panjang dari semua peristiwa yg kita alami.

Allah lah yg Maha Mengetahui apa yg terbaik untuk kita di masa lalu, kini dan sekarang. Tak masalah seberapa besar kesulitan yg dihadapi, InsyaAllah akan datang suatu masa dimana kemudahan akan datang dan Allah SWT memberikan pahala atas kesabaranmu dalam menapaki ujian kehidupan. Yakinlah bahwa “Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan (Al Insyirah: 5-6 ). Allah telah nyatakan dalam al-qur’an “ Dan sungguh akan kami beri cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah2an. Dan berikanlah berita gembira kepada orang2 yg sabar. Yaitu orang2 yg apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: „Innalillahi wa inna Ilahi rojiun“ mereka itulah yg mendapat keberkahan yg sempurna dan rahmat dari tuhan mereka dan mereka itulah orang2 yg mendapat petunjuk (Al Baqarah: 155-157).

Rahasia dibalik ujian adalah takdir, segala yg terjadi adalah kehendak Allah yg terbaik untuk hamba-Nya. Keengganan menerima takdir akan menjadikan manusia yg jauh dari agama merasa putus asa, gelisah, bahkan bunuh diri dan tak punya harapan akan datangnya pertolongan Allah. “Tidak ada suatu musibah yg menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu“ (At-tagabun: 11). “ dan kunci2 semua yg gaib ada pada-Nya; tidak ada yg mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yg ada didarat dan dilaut. Tidak ada sehelai daunpun yg gugur yg tidak di ketahui-Nya. Tidak ada sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yg basah atau kering, yang tidak tertulis dalam kitab yg nyata (lauh Mahfuz)“ (Al-An’am: 59).

Kesulitan yg datang adalah sarana untuk memperbaiki akhlak, mendidik diri, memperkokoh keimanan, meningkatkan derajat ke surga dan juga sarana untuk mengevaluasi diri kita. ’Tidak ada rasa lelah, rasa sakit, stress, cemas, sedih atau cedera yang dialami seorang muslim, bahkan tusukan duri sekalipun, melainkan allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa-dosanya“ (HR.Muslim). Hikmah lainnya adalah kesadaran akan nikmatnya ukhuwah yg berlandasan keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT. Ketahuilah saudaraku, engkau tidak sendirian, selalu ada muslim yg lain dipelosok dunia ini yg insyaAllah akan selalu menolongmu, mendoakan yang terbaik untukmu, duniamu dan akhiratmu. Teruslah berjuang saudaraku, luruskan niat dan bersabarlah dalam ujianmu. Yakinlah akan adanya kebaikan dan keindahan didalamnya.
“dan betapa banyak nabi yg berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yg bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yg menimpanya dijalan allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh. Dan allah mencintai orang2 yang sabar. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa : “ Ya Tuhan kami, ampunilah dosa2 kami dan tindakan2 kami yg berlebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang2 kafir. Maka Allah memberikan mereka pahala didunia dan pahala yg terbaik diakhirat. Dan Allah mencintai orang2 yg berbuat kebaikan” (Ali Imran: 146-148).

Inspired by Harun Yahya series. “Hikmah dibalik ujian”.

Jangan tangisi yang bukan milikmu

Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria. Pffhh…sungguh semua itu telah hadirkan nelangsa yang
begitu menggelora dalam jiwa.

Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa.

Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.

Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memeng menjadi jatah kita di dunia, entah itu rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan bisa kita miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid ;22-23)

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh.Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita,bukannya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah… harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya kalaupun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkannya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :

“…. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui sedang kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 216)

Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan
bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!

Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!

Hidup adalah anugrah

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, 'Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?' Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, 'Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya.'

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hidup adalah anugerah.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar -
Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu -
Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu -
Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.


Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu -
Ingatlah akan seseorang yang begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai -
Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh -
Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu -
Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.


Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain -
Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu -
Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan, isilah itu. Dan yang terpenting, syukurilah, apa pun itu.

Siapakah kita sebenarnya ??

Kontroversi nampaknya terjadi dimana-mana. Di dunia, citra Indonesia sangat kurang begitu baik. Korupsi, anarki, pelanggaran HAM, kemiskinan, salah urus, fundamentalisme, terorisme dan banyak lagi stempel buruk, banyak dialamatkan kepada bangsa Indonesia. Benarkah
semua berita itu? atau hanya rekayasa media Barat yang memang mempunyai agenda tersendiri ?

Terlepas dari benar tidaknya citra itu, memang banyak dijumpai kontroversi pada masyarakat kita. Disebutkan bahwa Indonesia sedang dalam keadaan krisis hebat, dan sudah berada di ambang kebang¬krutan, tetapi jemaah haji Indonesia ternyata mencapai angka duaratus ribu,
atau terbesar di dunia, dan banyak diantara mereka yang pergi haji untuk yang kedua, ketiga, ke empat dan seterusnya.. . Meningkatnya jumlah jemaah haji semestinya merupakan indikator peningkatan ekonomi rakyat, karena hanya yang memiliki istitha`ahlah yang bisa pergi
haji. Di Makah dan Madinah, kesan Indonesia sedang berada dalam krisis berat justeru tidak nampak, karena jemaah haji Indonesia termasuk pembelanja berat. Para pedagang di dua kota suci itu sangat senang kepada jemaah haji Indonesia karena kegemaran belanjanya itu.

Kontroversi juga nampak di dalam negeri. Di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, mobil mewah yang berharga diatas satu milyard rupiah berseliweran. Mobil built up yang berharga di atas duaratus juta tidak lagi dianggap mewah. Restoran mewah di pusat hiburan dengan
menu diatas Rp. 400.000,-/per porsi (setara dengan 80 bungkus nasi padang) juga dipenuhi dengan pengunjung. Pada hari libur, hotel dan villa di Puncak misalnya, juga penuh terisi, bukan oleh turis asing, tetapi oleh turis domestik. Pesta pernikahan di kota besar lebih lagi
tidak mencerminkan krisis ekonomi. Makanan lezat, pakaian mewah dan jumlah tamu undangan yang mencapai ribuan mengindikasikan kemakmuran.

Di sisi lain, angka pengangguran sangat tinggi, pengemis, pengamen, pedagang asongan kecil,pak ogah dan "polisi" cepe "menghiasi" pemandangan di setiap keramaian. Gagal panen dan gagal memasarkan produksi pertanian juga sudah tidak lagi menjadi berita, tetapi kenaikan harga-harga, termasuk harga BBM, tarip listrik dan telpon secara sistematis terus berlanjut, menyebabkan menurunnya secara drastis daya beli masyarakat.

Penurunan daya beli masyarakat luas ini membawa imbas pada terhambatnya pendidikan generasi muda karena ketidakmampuan orang tua membayar biaya pendidikan yang bermutu. Keadaan ini diperparah dengan bencana alam yang datang secara beruntun, tanah longsor dan banjir, ditambah problem daerah konflik Aceh, Ambon, Kalimantan, Maluku Utara
dan Poso yang belum selesai kemudian menempatkan banyak masyarakat dalam posisi economic need. Boro-boro mikir masa depan anak, makan hari ini dan tempat berteduhpun masih menjadi problem.

Hujan dan banjir meluas dan berkepanjangan sedikit banyak menumbuhkan gerakan solidaritas sosial dari pelbagai pihak. Tetapi lagi-lagi, aksi solidaritas sosial kita belum menyentuh pemecahan masalah. Pasca musibah, problem masyarakat kecil sangat mendasar, baik menyangkut dasar-dasar ekonomi mereka maupun pendidikan bagi anak-anak dan generasi mudanya, sementara nilai aksi solidaritas sosial masyarakat yang hanya bersifat konsumtif tak ubahnya sekedar terapi Reumason, sebentar memberi rasa kehangatan, tetapi sebenarnya belum menyentuh permasalahan. Proposionalkah orang menjalankan ibadah haji ke tiga,
ke empat, ke lima dan seterusnya? Sementara di tanah air, ratusan ribu saudara-saudaranya membutuhkan bantuan strategis.

Proposional kah orang makan di restoran yang sekali makan saja biayanya setara dengan kebutuhan 80 perut orang miskin, dan ketika bencana terjadi ia hanya sekedar mengirimkan sekian truk Indomie ke daerah bencana? Proposionalkah orang yang menikmati "keberkahan"
negeri ini secara melimpah ruah, tetapi ia tak berfikir nasib masa depan orang lain yang jauh berada di bawah garis kemiskinan ? Tidakkah sudah waktunya memikirkan bagaimana sistem sosial kita agar kesenjangan sosial tidak terlalu lebar ? Moralitas al Qur'an berbunyi; bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak bagi orang yang meminta dan yang tidak sempat meminta, wafi amwalihim haqqun lissa ili wal mahrum (Q/51:19), bahwa orang miskin memiliki saham pada harta si kaya. Menjadi tugas para negarawan yang juga khalifah Allah untuk mengetrapkan nilai moralitas ini dalam sistem sosial.

Dari segi agama, adalah juga sangat ironis, seseorang berderma dengan uang sisa dan pakaian bekas, tetapi ia berdoa untuk dimasukkan ke sorga. Ia membayar dengan sesuatu yang tak bernilai, tetapi mohon kepada Alloh SWT sesuatu yang tak ternilai.

Siapakah kita sebenarnya?




sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com

Apakah Cinta ??

Pada mulanya cinta adalah gagasan tentang bagaimana membahagiakan dan menumbuhkan orang lain. Selanjutnya adalah kemampuan baik yang menjembatani gagasan itu menuju alam kenyataan. Sisanya adalah kemampuan. Cinta yang hanya berkembang di batas gagasan dan kemampuan baik akan tampak seperti pohon rindang yang tidak berbuah.

Bagian cinta yang pertama dan kedua, gagasan dan kemampuan baik, biasanya terbentuk dari serangkaian penghayatan akan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan keagamaan tentang kehidupan dan hubungan antar manusia didalamnya, hubunga manusia dengan sang kholik dan hubungan manusia dengan alam. Sedalam apa penghayatan itu dalam diri seorang pecinta sedalam itupula energi cinta yang ada dalam dirinya.

Bagian ketiga cinta adalah kemampuan, memerlukan latihan dan proses pembelajaran. Kalau kita mau memberi, kita harus melatih dan belajar bagaimana memiliki. Kalau kita mau memperhatikan orang yang kita cintai, kita harus belajar dan berlatih untuk tidak membutuhkan perhatian orang lain. Kalau kita membutuhkan kekasih, kita harus belajar bagaimana bertumbuh terlebih dahulu. Begitu seterusnya : memberi, memperhatikan, menumbuhkan, merawat, dan melindungi mengharuskan kita memiliki kemampuan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan produktif.

Produktifitas adalah indikator kematangan seorang pencinta. Seorang pecinta yang tidak produktif adalah seperti pohon rindang yang tidak berbuah. Sebuah pelajaran bagaimana kita mengembangkan diri menjadi kemampuan-kemampuan baru, mengarahkan kemampuan baru itu menjadi sumber produktifitas.

Mencintai dengan semua siklusnya adalah kerja dari dalam keluar. Seorang pecinta sejati adalah seseorang yang mampu keluar dari dirinya sendiri menuju orang lain. Tapi jauh sebelum seseorang mampu keluar dari dirinya sendiri, ia harus masuk ke dalam dirinya sendiri. Sedalam mungkin. Pelajaran cinta adalah pelajaran tentang bagaimana kita masuk kedalam diri sendiri
untuk kemudian keluar dengan cara yang lain. Ini latihan untuk menjadi lebih baik, untuk kemudian menjadikan orang lain lebih baik. Dan akhirnya ini adalah pelajaran tentang bagaimana mengubah kehidupan menjadi taman yang indah dipandang dan lebih nyaman di huni. Karena disana kita bertumbuh. Karena dalam pertumbuhan itu kita bahagia.

"Serial cinta", dari ustd. Anis Matta.

Makna hakiki sifat Maha PengampunNYA

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : "Ketika Allah menciptakan makhluk, Allah menulis di dalam kitabNya, Dia menulis atas diriNya, Dia meletakkan di sisiNya pada Arasy : "Sesungguhnya rahmatKu mengalahkan kemurkaanKu" . (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Setelah lama berkutat dalam pemenuhan hidup mencari sesuatu yang di anggap layak namun tidak pernah mencapai ujung, seorang teman mulai jenuh dan mengeluh dengan berbagai rutinitas yang banyak menyita waktunya. Saat ini dia berniat meluangkan waktu memperdalam ajaran agama yang dianutnya secara tidak sengaja karena terlahir dari orang tua yang menganut agama Islam. Dia pernah berseloroh " enak juga ya punya orang tua muslim begitu lahir langsung dijamin masuk surga masalah mampir dulu ke neraka urusan lain lagi tapi jaminannya itu loh sedangkan bayi yang terlahir dari agama lain masih fifti-fifti gak jelas tergantung hidayah dari Allah .....rasanya sih ada yang aneh tapi ...ya sudahlah terima enaknya aja " celotehnya sambil tersenyum senyum.

Waktu itu saya memang belum mau membahas masalah tersebut dan membiarkannya bermain dan menjelajah dunia yang baru dimasukinya. Pemahaman yang dirasa aneh oleh sahabat tadi pun sebenarnya dipahami oleh tidak sedikit ummat Islam, dan hal ini juga dipahami oleh umat lain secara berbeda seperti pemahaman umat Yahudi yang menganggap ummat selain mereka seperti sampah atau bahkan binatang.

Beberapa hari kemudian sahabat tersebut kembali mengeluh, dia berkata ketika ikut salah satu pengajian dia dihadapkan dengan berbagai larangan yang berujung kata neraka, bahkan sekarang beberapa celana panjangnya di titipkan di tempat Pak Thamrin tukang jahit dekat masjid untuk di potong beberapa senti sesuai kaidah tempat pengajian yang baru dimasukinya. Dia diajak oleh salah seorang teman kantornya yang memang telah lama mengikuti pengajian tersebut.

Sahabat tadi bertanya apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang masuk neraka, tentu saja jawabannya cuma satu yaitu dosa, namun kriteria dosa memang bermacam-macam dan secara garis besar yang menyebabkan dosa ada dua yaitu melanggar perintah Allah dan melaksanakan laranganNya jawab saya terhadap sahabat tadi yang masih bergelayut dengan sketsa neraka di kepalanya, namun jangan dilupakan bahwa ampunan Allah juga sangat luas kata saya kepada sahabat tadi yang mulai tampak ceria

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dalam menceritakan apa yang (datang) dari Tuhannya Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Seorang hamba berdosa dengan suatu dosa, ia berkata : "Wahai Allah, ampunilah dosaku". Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : "HambaKu berdosa dengan suatu dosa, ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya" . Kemudian ia kembali dan berdosa, ia berkata : "Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku". Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman: "HambaKu berdosa dengan suatu dosa, ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya" . Kemudian ia kembali berdosa, dan berkata : "Wahai Tuhanku, ampunilah dosa saya". Lalu Dia Yang Maha Suci dan Maha Besar berfirman : "HambaKu berdosa dengan suatu dosa, lalu mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menuntutnya. Berbuatlah apa yang kamu kehendaki, Aku telah mengampunimu" . (Hadits ditakhrij oleh Muslim).



(David, www.sebuahtitik. blogspot. com)

Menyikapi cobaan

Ada kalanya hidup tidak berjalan sebagaimana kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak henti menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getir pun menjadi rasa yang tertuai. Yang perlu terus kita yakini bahwa getirnya hidup tidaklah menandakan rahmat Allah telah sirna. Perihnya cobaan, bukanlah isyarat bahwa kemurkaan Allah sedang menggelayuti kehidupan ini.

Sebaliknya, getir dan perihnya rasa yang kita alami itu, dapat menjadi tanda bahwa Allah sedang menghapus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada dosa yang tidak bisa dihapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih. Ada dosa yang tak terhapus hanya oleh air mata penyesalan.
Ketika pedihnya terasa, disanalah dosa akan terampuni. Saat getirnya membuncah, disitulah kesucian akan tertuai. Hasilnya, hati pun menjadi tenang dan keberkahan hidup menjadi jaminan.

Atau bisa jadi, itu semua menjadi tanda bahwa kita sedang dipersiapkan untuk menerima nikmat yang lebih besar, yaitu menjadi kekasih Allah atau para pencinta-Nya. Dan untuk menjadi para pencinta-Nya, haruslah siap diuji. Itu adalah harga yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebuah keniscayaan yang telah menjadi sunatulllah- Nya.

Kita harus siap-siap digerinda, yang merupakan syarat untuk bisa dekat pada Allah. Gerindaan yang berbentuk ujian dan cobaan, akan terus-menerus menghampiri. Ia tidak akan hilang hingga segala karat-karat dosa kita, terkikis olehnya.

Seperti buah kelapa, untuk dapat diambil santannya, ia harus dijatuhkan terlebih dahulu dari pohonnya yang tinggi. Kemudian, kulitnya harus dikelupas dengan paksa hingga tak tersisa lagi. Setelah bersih, ia lalu dibelah menjadi beberapa bagian. Setelah itu, potongan-potongan kelapa
tersebut lalu diparut hingga hancur dan hanya menyisakan ampasnya. Apakah telah selesai? Tentu saja belum, karena ampas kelapa itu akan diperas hingga keluarlah santan, yang disana manfaatnya baru terasa.

Begitu juga sifat dari cobaan dan ujian. Ia akan terus melumat dan menghancurkan segalanya, hingga yang tersisa adalah bagian-bagian dari diri kita yang secara kualitas, telah siap menjadi para pencinta-Nya.

Karena itu, saat gerinda telah datang, segeralah bertobat agar tak hanya pintu tobat yang terbuka, namun status menjadi pencinta-Nya pun akan menjadi milik kita. Tetapi bila gerinda itu belum tiba, jangan terlena olehnya. Tetaplah mendekatkan diri pada-Nya dengan selalu
menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup kita.

Nasihat Ibnu Abbas ra

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun
Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid..Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bilamemiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan
suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya" . Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah,
apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya
wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah
bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya
dikabulkan". Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng "hidup" kan hatinya, hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya
nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi
dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan
berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup" orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

-----------------------------------------------

Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup
kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga
tidak cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata".

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

(Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang,
disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana, sedikit diedit
oleh Penjaga Kebun Hikmah)